pada tahun 2001, saya pernah berpikir seriyes untuk ‘meninggalkan’ agama yg saya anut (Kristen Katolik). bukan untuk berpindah kapal ke agama lain, atau menjadi atheis
yg saya maksud dgn meninggalkan agama adalah tidak lagi hadir di Gereja, tidak mengikuti misa, tidak lagi berdoa dan menghadiri kelompok-kelompok doa yg diadakan di lingkungan (Paroki)
menurut saya, kegiatan berdoa dan ritual-ritual ibadah dalam Gereja Katolik itu sangat ‘kering’ dan terlalu kaku. tapi, kegiatan doa serta ibadah di Gereja² reformasi (Protestan dan denominasinya) yg pernah saya hadiri juga tidak membawa penyegaran bagi saya
di gereja tetangga, ibadahnya memang ‘lebih rame’. alat musiknya lebih ngepop, kegiatannya lebih interaktif. tapi… toh intinya juga ibadah, berdoa, pemasrahan diri, kepercayaan total… pokoknya khas banget bhakti yoga
mau dibungkus semodern apapun ibadah itu, intinya ya tetap bhakti yoga. sementara saya cenderung bukan dominan di bhakti yoga
kepala saya dipenuhi banyak pertanyaan: kenapa begitu? kenapa harus begini? terutama yg menyangkut absolutisme agama. ambil contoh: tentang keselamatan
saya dibesarkan dalam dogma kristiani jika keselamatan jiwa hanya diperoleh jika menerima Kristus serta sakramen-sakramen Gereja sebagai satu-satunya jalan keselamatan
tapi dogma tersebut selalu menyisakan pertanyaan di dalam diri saya: bagaimana dengan jutaan orang yg pernah hidup sebelum masa Kristus?
dan bagaimana dengan orang² lain yg punya pilihan ketuhanan yg berbeda? apa mereka harus menerima Kristus dulu baru selamat?
saya mengalami spiritual awakening pada tahun 1999, dan pada 2001 saya berpikir sangat serius untuk berada di luar jalur agama, dalam hal ini bhakti yoga
kepada seorang kawan yg umurnya lebih tua dan sikapnya lebih dewasa. saya menceritakan hal ini. dan dia bilang, sebaiknya saya meniru bunglon
dia menyarankan saya untuk beradaptasi seperti bunglon.
tetaplah berada di agama yg sudah dipilihkan oleh orang tuamu, tetaplah mengikuti kegiatan agama dan ibadah yg diselenggarakan Gereja dan paroki
tapi berilah hati dan pikiranmu untuk jalan spiritual apapun yg kamu pilih.
bukankah itu hipokrit? munafik? toh saya sudah mandiri, saya tidak lagi hidup serumah dengan orang tua, saya punya penghidupan sendiri. saya bebas memilih apapun yg saya inginkan!
kamu hidup bukan hanya untuk kamu. hidupmu terkait dengan orang² di sekitarmu. pilihan yg kamu ambil akan berefek pada mereka
kamu hidup dan menghidupi diri di tengah² masyarakat yg sangat paranoid melihat orang² yg berada di luar jalur agama dan membenci mereka yg terang²an tidak mau memilih agama manapun
saya pikirkan baik² kata-kata itu, terutama efek bagi kedua orang tua. ayah dan ibu saya fanatik dalam beragama. tapi bukan jenis fanatik keluar yg memusuhi orang yg berbeda agama
mereka fanatik ke dalam. mereka selalu mengingatkan untuk rajin ke Gereja, rajin berdoa, mereka tidak pernah absen dalam kegiatan di paroki juga aktif dalam organisasi di Gereja (ayah pernah aktif sebagai Lektor/pembaca sabda, ibu aktif di Wanita Katolik)
karena itu saya putuskan tetap hadir di gereja tapi saya tempa diri saya habis²an dalam meditasi, saya perluas cakrawala esoteric knowledge
jika dilihat dari kacamata hipokrit, ya saya bisa dikategorikan hipokrit. tapi tidak apa² sih. toh saya yg jalani pilihan ini
Memilih Spiritual atau Agama?
artikel ini saya tulis karena melihat stories di Instagram. artikel ini tadinya akan saya tulis setelah membuat video tentang 4 jalan spiritual, tapi saya percepat saja menulisnya setelah melihat stories tsb
bagi sobat² yg pernah berada dalam posisi saya, keputusan ada di tangan kalian. mau ambil sikap berkompromi dan menjadi adaptif seperti bunglon, monggo. tidak ingin berkompromi dan ingin meninggalkan agama, monggo juga
kalo saran saya sih: ambil jalan tengah, berkompromi saja. apalagi untuk sobat yg tinggal di lingkungan keluarga, pertemanan dan lingkungan kerja yg fanatik
mengambil keputusan untuk meninggalkan agama di tengah² masyarakat Indonesia saat ini bukan pilihan yg bijak
kita tidak tinggal di negara² sekuler dan liberal yg menjunjung tinggi kebebasan individu. kita berada di tengah² masyarakat komunal yg sangat tribalistik dan sangat patuh pada agama serta adat
jangan kuatir tidak akan menemukan teman² seperjalanan karena mulai banyak orang² yg mengalami kebangkitan spiritual. internet adalah media untuk menemukan orang² ini
di kemudian hari jika ada kesempatan, sobat bisa mencari dan bertemu dengan teman² virtual yg sepemikiran. mereka akan menjadi kawan² seperjalanan kamu
rajin²lah ikut dalam forum dan diskusi di dunia maya. siapa tahu sobat akan menemukan teman seperjalanan yg cocok dan jika ada karma baik, siapa tahu dapat bertemu secara fisik
Beragama dengan Mindset yg Berbeda
untuk teman² Muslim yg mengalami spiritual awakening, masih senang beribadah tapi ada keinginan untuk melihat ada apa sih di balik koridor agama? … kalian tidak perlu meninggalkan jalur agama
yg perlu dilakukan adalah hanya mengubah mindset beragama. yg tadinya beragama karena reward and punishment, sekarang karena cinta
Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku
kata-kata di atas adalah larik puisi dari Rabiah al-Adawiyyah. seorang muslimah dan sufi wanita terkenal. kecintaan Rabiah pada Alloh SWT – Sang Ilahi sudah mengalahkan ketakutannya pada neraka dan membuatnya menepis surga
Rabiah menyadarkan saya bahwa seseorang bisa berjalan di koridor agama, tapi tidak lagi berpedoman pada reward & punishment (surga-neraka) dan tidak lagi mengajar pahala
atikel ini adalah tambahan bagi video yg berjudul: 4 JALAN SPIRITUAL // Mengenal Kehidupan SPIRITUALITAS Manusia
Baca Juga:
- Ave atque vale¹
- Sisa Pertanyaan yg Belum Saya Jawab
- Daftar Ascended Master yg Bisa Membantu Kehidupan Manusia
- G-Spot Tuhan // Agama Yakrislam
- Tanaman pun Bisa Ngambek
Terima kasih sharingnya 168 Media.
Sebagian kebinggungan ketika Tuhan ada dimana2.
Sangat bermanfaat pencerahannya.
Salam cahaya!
SukaDisukai oleh 1 orang
Artikel ini sangat bagus sekali. Cocok dengan apa yg sy alami saat ini. Mksh 168 media. Sukses selalu. Salam cahaya🙏🙏
SukaDisukai oleh 1 orang
Mungkin 10% bakti, 30% karma, 30% raja dan 30% jnana yoga
SukaSuka
Sy pernah baca di kaskus thread lama th 2010 an, 1 vibrasi dgn blog ini. Apakah 168 media pernah baca juga ? Indg vision
SukaSuka
Saya termasuk bunglon.. 😊.
Saya memilih ttp ke rumah ibadah untuk berbagi cinta kasih & melayani.
Thanks 168 Media
SukaSuka
Jawaban dari apa yang saya pikirkan dan pertanyakan. Terimakasih mas. Sehat dan bahagia selalu : )
SukaSuka
Ini yg saya rasakan sekarang. Awalnya saya taat sekali dgn agama turunan ini, tapi setelah banyak membaca hal2 spiritual, saya semakin merasa bahwa saya tidak nyaman dengan mengikuti ritual2 agama. Ortu saya termasuk ortu yg fanatik ke dalam dan sedikit ke luar. Saya sering menangis sendiri karena keadaan saya ini, saya mulai khawatir dengan keadaan saya ke depan. Kadang saya bingung sendiri apa ini hanya ego saya saja dan kenapa saya dipilihkan dgn agama yg tidak sesuai dgn saya. Awalnya saya ingin bebas, tapi teringat lagi dgn yg 168media tulis kalau keputusan saya bisa mempengaruhi org2 di sekitar saya. Jujur saya ingin memilih jalan saya sendiri hhe, tapi saya sangat takut dengan karma buruk/risiko yg mungkin saya dapatkan kalau saya memilih jalan saya.
SukaSuka